Dap must die. – In shaa Allah

https://dmd.art.blog/

Advertisement

Adab.

15 adab kita yang anak akan cepat tiru.

1 – Panggil orang
Kalau dia nampak kita panggil orang woi woi, tak mustahil anak pun akan ikut panggil woi woi.

2 – Bercakap
Kita suka cakap tengking-tengking. Anak pun akan ikut cakap tengking-tengking.

3 – Mengarah
Ibu nak makan. Ibu nak susu. Ibu air tumpah. Bagaimana kita mengarah orang, begitu la anak akan tiru.

4 – Sebut tolong
Ibu tolong buatkan susu, adik haus. Mudah je tapi anak tak buat kalau dia tak nampak kita buat dulu.

5 – Ketika makan
Ketika makan jangan banyak bersungut. Anak ikut nanti, ada sahaja yang dia tak puas hati.

6 – Marah orang
Jika kita cepat marah orang, anak pun akan jadi begitu. Impulsif macam kita.

7 – Hormat orang tua
Anak perhati je cara jumpa mak ayah kita. Jika kita rajin salam, anak pun akan ikut begitu.

8 – Sabar
Anak belajar bersabar dengan melihat kita bersabar dengan dia.

9 – Mulut laser
Apa yang kita cakap, itu la yang anak akan cakap. Bahasa kita, itu la bahasa anak. Kamus yang sama digunakan.

10 – Senyum
Kita rajin senyum. Anak pun akan rajin senyum. Kita malas senyum, tak mustahil anak muka mencuka je.

11 – Ucap terima kasih
Setiap kali anak buat kebaikan kita cakap terima kasih, bukan sahaja rasa di hargai tapi dia belajar cara untuk ucap terima kasih.

12 – Meminta maaf
Ada anak dah jelas dia salah pun tak nak sebut minta maaf. Jarang dengar kita sebut minta maaf tu la anak ikut.

13 – Mendengar
Cara kita mendengar, itu la cara anak mendengar juga. Kalau anak tengah cakap kita dengar sambil main phone, tak mustahil anak pun begitu nanti.

14 – Toleh
Sekali panggil je anak dah toleh, jika nak begitu kita pun kena buat anak panggil sekali terus toleh.

15 – Mengamuk
Kalau kita suka mengamuk tak kira tempat, bersedia untuk hadap anak yang akan mengamuk kat mana-mana sahaja jika ada tak puas hati.

Bukan salah anak jika dia tak beradab.

Wallahu A’lam,

Assalamalaikum.

*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه*

HADITS HARI INI
13 Muharam 1444H

*SEDERHANA UNTUK TAWADHU’*

Dari Mu’adz bin Anas, ia berkata,

مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسِ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَىِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا

*“Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan tawadhu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan ia disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.”* (HR. Tirmidzi no. 2481 dan Ahmad 3: 439)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah ketika menerangkan hadits di atas dalam penjelasan kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, beliau berkata:

Jika seseorang berada di tengah-tengah orang yang hidupnya sederhana, maka janganlah ia berpenampilan terlalu mewah. Kalau ia mau mengambil sikap tawadhu’ (rendah diri), maka berpakaianlah seperti pakaian mereka. Biar hati mereka tidak merasa kerdil dan juga bukan tanda sombong. Inilah membuat seseorang mendapatkan pahala yang besar.

*Namun jika seseorang berada di sekitar orang yang berpakaian bagus, maka lebih pantas ia memakai pakaian semisal mereka, karena Allah itu jamil (indah) dan menyukai suatu yang indah.*
Karena kalau seseorang berpakaian sederhana di tengah-tengah orang-orang yang berpakaian bagus, maka ia akan tampil beda. Jadi seseorang dalam berpakaian bisa menyesuaikan kondisi.

Intinya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin merinci menjadi dua:

*1- Jika seseorang melihat di sekelilingnya berpakaian sederhana, padahal ia mampu mengenakan pakaian yang bagus, maka berpakaian seperti itu adalah pahala yang besar.*

*2- Jika seseorang melihat di sekitarnya berpakaian yang bagus, maka tidak mengapa ia memakai semisal itu pula.*

Maksud Syaikh rahimahullah, berarti tidak selamanya memakai pakaian yang sederhana, namun melihat pada kondisi kapan dan di mana berpakaian.

Tidak Mesti Berpakaian Hina
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

*“Sesungguhnya Allah suka melihat tampaknya bekas nikmat Allah kepada hamba-Nya.”* (HR. Tirmidzi no. 2819 dan An Nasai no. 3605)

Syaikh Muhammad Al Utsaimin menerangkan bahwa hendaklah setiap orang bersederhana dalam setiap aktivitasnya. *Hendaklah ia bersederhana dalam pakaian, makan, dan minum. Namun jangan sampai ia menyembunyikan nikmat Allah. Karena Allah amatlah suka jika melihat bekas nikmat pada hamba-Nya.*

Jika nikmat tersebut berupa harta, maka Allah sangat senang jika hamba memanfaatkan nikmat tersebut untuk berinfak, bersedekah, dan menolong dalam kebaikan.

*Jika nikmat tersebut berupa ilmu, maka Allah sangat senang jika ilmu tersebut diamalkan sehingga baik ibadah dan muamalahnya, juga ilmu tersebut disebar dengan dakwah dan mengajari orang lain.*

Jika malah sebaliknya, saat Allah sudah memberikan nikmat harta sehingga mampu sebenarnya membeli pakaian, kok malah ia keluar di hadapan orang lain dalam keadaan fakir (seakan tak punya apa-apa). Ini hakekatnya menolak atau menentang nikmat Allah. Sama halnya jika orang diberi harta, lantas ia tidak memanfaatkannya untuk infak atau memenuhi kewajiban dari harta.

*Begitu pula dengan nikmat ilmu, kalau tidak dimanfaatkan untuk menambah ibadah, khusu’ dalam ibadah atau baik dalam muamalah, atau tidak dimanfaatkan untuk mengajarkan orang lain, maka ini pun tanda menyembunyikan nikmat Allah.*

WaLLAAHUa’lam